Buku "Mufakat Firasat" karya
Yusuf Maulana
Judul Buku :
Mufakat Firasat, Penjelajahan Sejarah bagi Penghikmahan Gerakan Islam
Penulis : Yusuf Maulana
Penerbit : Muda Cendekia, Jawa Barat & Samben Library, Yogyakarta
Tahun Terbit : Maret 2017
Jumlah Halaman : xxxii+428
Penulis : Yusuf Maulana
Penerbit : Muda Cendekia, Jawa Barat & Samben Library, Yogyakarta
Tahun Terbit : Maret 2017
Jumlah Halaman : xxxii+428
Mengagumkan meski agak njelimet saat pertama membacanya...:-) Itulah kesan pertama ketika selesai membaca beberapa bab buku “Mufakat
Firasat” buah karya ustadz muda Yusuf Maulana. Namun setelah mencermati
halaman-halaman selanjutnya... wow, luar biasa!
Mengagumkan karena luasnya materi bahasan yang disandangnya. Bayangkan,
penjelajahan pikirnya merentang jauh dari jaman dinasti Abbasiyah hingga jaman
Belanda berkuasa di Nusantara, dari Al-Ghazali, Ibn Khaldun sampai Copernicus
pun diulas dengan lugas tanpa rasa rikuh.
Saya yang terbiasa membaca buku-buku ilmiah populer, berita-berita koran,
majalah, jurnal-jurnal umum maupun penerbitan kampus dengan tulisan-tulisan
lugas bertutur atau investigatif, berusaha mengerti dan mengikuti alur
tulisannya. Dengan gaya bertutur yang mirip dengan tulisan Goenawan Muhamad
(bekas Pemred Majalah TEMPO) dan penggunaan kata-kata atau istilah yang hanya
dipahami oleh orang-orang yang sering membuka KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) dan sudah jarang digunakan oleh masyarakat umum sebagaimana yang
dilakukan oleh Remy Sylado (Yapi Panda Abdiel Tambayong: penulis novel, bekas
pemred Majalah musik Aktuil, dramawan, novelis dan musisi), buku ini akan
memuaskan intelektualitas seseorang seiring bertambahnya pengetahuan akibat
olah pikir dan olah hati si pembaca. Dan dalam taraf tertentu saya mungkin
masih bisa mengerti mengapa sang penulis keukeuh mempertahankan gaya
penulisan seperti itu: sepertinya sang penulis berusaha menghormati tradisi
kepenulisan ilmiah para sarjana Islam di masa terdahulu yang cenderung sangat
ilmiah namun juga puitis. (Ingat buku al-Adwiyat al-Qalbiyyah ("The
Remedies of the Heart" atau Pengobatan Hati), sebuah buku Kedokteran karya
Ibn Sina/ Avicena yang ditulis dengan gaya sajak!)
Pendalaman materinya mencengangkan mengingat dedahan penjelasnya mencakup
paduan pengetahuan-pengetahuan tentang psikologi, etika, biografi tokoh/ kaum,
agama, iptek, budaya, politik, ekonomi, pemerintahan untuk membahas adab dan
tingkah seseorang atau kelompok pada suatu masa.
Pada akhirnya penjelajahan olah pengetahuan buku ini berujung pada sebuah
kata membuat saya takjub setelah menyadarinya: “akhlak”, yang oleh Nabi
Muhammad dalam sebuah hadist-nya dianggap sebagai pencapaian puncak seorang
beriman (“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus
akhlaknya”. HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Saya kira di sinilah hikmah dan
makna inti buku ini. Sebagaimana ditulis sendiri oleh penulis ketika membahas
tentang Ibn Sina beserta Kita al’Qanun fi al-Tibb:
“Sebab yang dicari seorang Muslim adalah hikmah, bukan idola. Dan hikmah
yang dicari harus selaras dengan pedoman hidup kita : quran dan Hadist.” (hal.
181).
Jadi pembaca, saya merasa bahwa sang penulis buku tengah berusaha
menawarkan solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia kontemporer ini
dengan cara peningkatan adab diri:
“Tempat terindah salah satunya adalah bilik menimba ilmu. Tempat
memberadabkan diri hingga menjadi umat Muhammad sejati. Tempat terindah bisa
juga bersihnya hati. Bilik hati terbebas dari iri dengki dan kesumat pada orang
lain, lebih-lebih sama-sama pengikrar syahadat. Apa yang ada orang lain tak
ingin dikurangi sedikit pun agar semata berpindah ke diri ini.” (hal. xviii)
Sebagai penutup, tadi sekilas ketika membaca halaman-halamannya, ingatan
saya melayang pada tulisan di buku yang lain; sejilid buku yang mungkin agak
kurang dikenal masyarakat. Saya pikir, ada baiknya tulisan tersebut saya kutip
di sini. Dari buku yang disusun oleh bp, S.U. Bajasut dan Lukman Hakiem, “Alam
Pikiran dan Jejak Perjuangan PRAWOTO MANGKUSASMITO, Ketua Umum (Terakhir)
Partai Masyumi”, edisi kedua, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2014, hal. 127:
Buku S.U. Bajasut dan Lukman Hakiem, “Alam Pikiran dan
Jejak Perjuangan PRAWOTO MANGKUSASMITO, Ketua Umum (Terakhir) Partai Masyumi”
Jangan Tinggalkan Tuntunan Agama
“Adapun cara-cara yang dipergunakan, dengan tidak hendak memberikan contoh
satu per satu, kerap kali menimbulkan pertanyaan kepada orang-orang yang tidak
mudah silau karena kemilaunya kemenangan-kemenangan yang bersifat sementara: Zjin
wij wel op de geode weg? (Apakah betul kita sudah berada di jalan yang
baik?)
Dipandang dari sudut partai politik yang mendasarkan perjuangannya atas
kaidah-kaidah agama, perlu kita renungkan kembali apakah benar di dalam
mengejar kemenangan-kemenangan yang bersifat sementara itu dapat
dipertanggungjawabkan jika ditinggalkan ketentuan-ketentuan yang terang nash-nya
di dalam agama? Saya yakin tidak. Jika demikian, kerusakanlah yang akan menjadi
bagian kita dan tidak ada guna, malah menyesatkan perkataan agama yang kita
tempelkan pada papan nama kita. Gerangan demikian yang diperingatkan oleh
pujangga politikus Syekh Muhammad Abduh dengan perkataannya yang bersayap, “La’natullahi
‘ala as-siyasah (Laknat Allah atas politik).”
Marilah kita membuktikan bahwa kita dapat berpolitik dalam arti untuk
menegakkan hak dan kebenaran (15 tahun kemudian perkataan “hak dan kebenaran”
digunakan kembali oleh Angkatan 1966-SUB) li I’lai kalimatillah (untuk
menegakkan keagungan ajaran Allah-Ed.) dalam tiap-tiap tindakan yang
dilakukan.”