Karakter Jafar dalam film Disney's Aladdin tahun 2019 yang diperankan oleh aktor Marwan Kenzari
Pengantar
Saat pertama kali menonton film animasi Disney; Aladin tampil di tahun 1992, kami terpesona pada kecanggihan animasinya yang halus dan musik pengiringnya yang indah. Namun beberapa bulan terakhir, sejak membaca tulisan Kiona N. Smith, seorang kontributor artikel sejarah sains, eksplorasi dan tehnologi pada majalah Forbes, tentang karakter Jafar pada film Aladdin terbaru yang perdana tayang pada 24 Mei 2019 ini, saya jadi bertanya-tanya; sedemikian besarkah manipulasi yang dilakukan Disney pada karakter-karakter cerita 1001 Malam, khususnya cerita 'Aladin dan Lampu Ajaib"nya (Jafar, Aladin dan Sultan Harun Al-Rasyid), sehingga saat kita menonton filmnya, seolah kita disuguhi olah akting karakter-karakter yang berbeda dari yang sebenarnya menurut sejarah. Sepanjang yang saya tahu, penggambaran Muslim dalam propaganda media Barat selalu dilukiskan sebagai penjahat, penyihir dan memiliki kebiasaan merayu wanita.
Cerita Aladin versi Barat (Disney) pun, setali tiga uang; Aladin sang protagonis, tokoh utama yang baik, tampan, ramah, polos, lugu tanpa dosa, energik, suka bermain dan mencuri di pasar dengan keranya, Abu. (Setahu saya, agama-agama samawi mengajarkan; mencuri bukanlah perbuatan baik. Namun anehnya, kesukaan Aladin untuk mencuri, diterima para penonton tanpa protes, justru dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar.) Aladin digambarkan sebagai anak jalanan menyenangkan yang ingin meninggalkan hidupnya sebagai pencuri, dan percaya bahwa ia diharapkan untuk mengerjakan hal-hal yang lebih besar. Keberuntungannya dimulai ketika ia diperintah seseorang (Jafar) mengambil sebuah lampu, yang ternyata lampu ajaib tempat bersemayam Genie, di sebuah gua harta. Lampu ajaib tersebut diberikan kepada Jafar, meski dicuri lagi oleh Abu dan akhirnya digunakan Aladin untuk kepentingan sendiri. Dengan kekuatan sihir Genie,
sim salabim!; berubahlah Aladin menjadi seorang pangeran tampan. Ia masuk ke kota Agrabah sebagai "Pangeran Ali Ababwa" yang kaya raya dengan megah dan mewah. Ia dielu-elukan bak seorang raja.
Harun Al-Rasyid adalah Sultan tua pendek berjanggut putih dengan perut menggelembung kekenyangan, lucu, bijaksana namun
overprotective (sangat ketat melindungi) sang anak, Jasmine. Beliau tak terlalu memikirkan kerajaan karena sudah diurus oleh
Grand Vizier, Menteri Utama, Penasehat Utamanya. Jafar si antagonis adalah Penasehat Utama Sultan Harun Al-Rasyid yang juga seorang Penyihir jahat, yang berniat merebut kekuasaan Sultan, menjadi Penyihir Paling Sakti dan merebut Jasmine, putri Sultan, untuk dijadikan istrinya.
Karakter-karakter menarik, dengan gambar-gambar dan musik pengiring yang indah, film ini sanggup mengaduk-aduk emosi penonton (terutama anak-anak), membuai dan membuat mereka menerima karakter-karakter tersebut sebagai sesuatu yang "memang seperti itulah kenyataannya".
Padahal berdasarkan catatan sejarah, terutama tentang Jafar, faktanya tidak seperti itu.
Ja'far ibn Yahya
Ja'far ibn Yahya, wazir untuk khalifah Harun Al-Rasyid, adalah salah seorang terkuat dalam kekhalifahan Abbasiyah, kekaisaran yang memerintah daerah luas Asia Tengah dan Afrika Utara dari tahun 750 hingga 1258 M, yang menggunakan pengaruhnya untuk mempromosikan ilmu pengetahuan di dunia Arab, dimana ia berkontribusi pada pengembangan ilmu pengobatan (medis), astronomi, dan tehnik dalam masyarakat Islam Abad Pertengahan.
Keluarga
Ja'far tidak naik ke kekuasaan dari antah berantah. Ia dilahirkan dalam keluarga Barmakid yang berkuasa, yang berakar dalam wilayah Afghanistan yang dulu dikenal dengan biara-biara Budhanya. Keluarga Barmakid pernah menjadi pemimpin dan administrator Nava Vihara, dua biara Budha besar di Balk, di utara Mazar-e Sharif. Namun kemudian berbagai anggota keluarga masuk Islam, setidaknya secara resmi, ketika tentara Arab menduduki wilayah itu mulai sekitar 651 Masehi.
Berpendidikan dan berpengaruh, para Barmakid menemukan diri mereka dekat dalam pusat kekuasaan di bawah kekhalifahan Abbasiyah; Ayah Ja'far menjabat sebagai wazir sebelum Jafar menggantikannya, dua saudara lelakinya Fadhl dan Musa memerintah Mesir dan Damaskus sebagai gubernur.
Beberapa anggota keluarga lainnya menjadi pelindung terkenal para ilmuwan dan cendekiawan. Karena keluarga masih mempertahankan hubungan dekatnya dengan komunitas Buddhis di Iran dan India (mungkin karena pertobatan mereka yang masih baru, beberapa anggota pengadilan Abbasiyah sesekali masih mempertanyakan ketulusan mereka masuk Islam), mereka sering mengundang para pendeta dari komunitas itu ke pengadilan Abbasiyah di Baghdad, menyebarkan pengetahuan dan inovasi di bidang kedokteran, astronomi, dan ilmu pengetahuan lainnya ke utara dan barat. Ja'far secara aktif melanjutkan tradisi keluarganya, namun hari ini ia terkenal karena perannya dalam memperkenalkan seni dan ilmu pembuatan kertas ke Baghdad.
Pengaruh
Sebelum tahun 751 M, pembuatan kertas menjadi rahasia negara yang dijaga ketat dalam Kekaisaran Cina. Pedagang Cina menjual sejumlah kecil kertas yang muncul menjadi arsip-arsip di seluruh Asia Tengah dan Timur Tengah, namun mereka menolak membagi rahasia pembuatannya.
Tetapi pada tahun 751, Kekhalifahan Abbasiyah dan Dinasti Tang Tiongkok berselisih atas kendali wilayah di Asia Tengah, di sepanjang koridor perdagangan utama yang dikenal sebagai Jalur Sutra. Konflik memuncak dalam Pertempuran Talas (menjadi Kazakhstan di jaman modern), dimana Abbasiyah dan sekutu mereka dari Kekaisaran Tibet menang - dan beberapa tawanan perang Cina akhirnya menceritakan rahasia pembuatan kertas. Ja'far segera meyakinkan Khalifah untuk membangun pabrik kertas di Baghdad, yang memberi khalifah sumber kertas yang siap digunakan.
Saat ini hal tersebut mungkin kedengaran seperti masalah kecil, tetapi pada jaman Abbasiyah, pembangunan pabrik kertas di Baghdad adalah dorongan besar bagi perkembangan komunikasi, informasi, dan keilmuan - sesuatu yang berefek sama seperti munculnya percetakan berabad-abad kemudian.
Cerita selanjutnya
Pengaruh wazir Ja'far begitu besar sehingga ia dan khalifahnya, Sultan Harun Al-Rasyid, muncul disebutkan namanya dalam beberapa kisah pada cerita 1001 Malam
(the Arabian Nights). Tetapi tidak seperti versi modern yang dikenal hari ini, versi fiksi awal Ja'far adalah protagonis (tokoh utama cerita, biasanya orang baik), bukan penjahat. Dalam cerita "Tiga Buah Apel"
(The Three Apples) atau "Cerita tentang Wanita Yang Terbunuh" (Ingr.:
The Tale of the Murdered Woman; Arab:
Hikayat as-Sabiyya al-Maqtula), ia memecahkan misteri pembunuhan (di bawah ancaman hukuman mati jika dia melewati tenggat waktu), pergi bertualang, dan memberikan pengetahuan dan saran yang berharga. Dia tidak menjadi tukang sihir dan penjahat sampai berabad-abad kemudian, ketika cerita-cerita itu berevolusi secara bertahap.
Dan dalam banyak cerita selanjutnya, Ja'far juga memiliki kebiasaan mencoba merayu atau menikahi sang putri - sebuah plot yang mungkin dikenali oleh audiens modern.
Kita tidak bisa memastikan apakah Ja'far asli sama ramahnya dalam versi film
"live-action" baru Aladdin, tetapi setidaknya Putri Abbasa, saudara perempuan sang khalifah, tampaknya berpikir demikian; rumor mengatakan bahwa hubungan kasih dengan sang putri menyebabkan eksekusi Ja'far pada tahun 803 Masehi. Tapi kemungkinan ini hanya rumor; catatan sejarah sendiri tidak begitu jelas, Harun Al-Rasyid memerintahkan seluruh keluarga Barmakid dieksekusi pada 803 M, yang seharusnya merupakan respons ekstrem terhadap jalinan asmara seorang anggota keluarga, bahkan meski pun dengan seorang putri. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa kemungkinan besar para Barmakid, dengan kekayaan mereka yang besar dan tentara pribadi yang besar, secara bertahap menjadi ancaman bagi kekuatan khalifah - yang akhirnya ia tangani dengan cara yang paling akhir yang tersedia.
Kontribusi
Tetapi kontribusi mereka terhadap penyebaran pengetahuan ilmiah, khususnya kontribusi Ja'far ibn Yahya, telah mulai bergerak. Gagasan dan metode yang dengan bantuan mereka masuk dari India dan tempat lain menjadikan Timur Tengah sebagai pusat keilmuan sepanjang Abad Pertengahan, dan akhirnya menyebar ke Eropa dan membantu memicu
Renaissance. Prestasi yang cukup mengesankan bagi seorang pria yang bahkan tidak memiliki burung beo yang berbicara untuk membantunya.
Sumber:
- Smith, Kiona N.;
"The Real Jafar Was A Science Advocate, Not A Disney Villain",
https://www.forbes.com/sites/kionasmith/2018/12/31/the-real-jafar-was-a-science-advocate-not-a-disney-villain/#125fd88ed53c, Retrieved January 09, 2019.
-
"Ja'far ibn Yahya", https://en.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ibn_Yahya, Retrieved January 09, 2019.
-
"Barmakids", https://en.wikipedia.org/wiki/Barmakids, Retrieved January 09, 2019
- Gautam Viswanathan;
"Heroes of Arabia: Ja’far Ibn Yahya", https://timesofoman.com/article/111761, Retrieved January 09, 2019
-
"Aladdin Press Kit" (PDF). wdsmediafile.com. Walt Disney Studios. Retrieved May 22, 2018.